Apa saja tanda-tanda yang bisa dipakai untuk menilai apakah seorang laki-laki atau perempuan itu baik sebagai calon pasangan?
Pertama, tanda-tanda ini menunjukkan apakah seseorang layak memikul tanggung jawab pernikahan. Tapi tanda-tanda ini tidak otomatis berarti ia cocok menikah dengan orang tertentu, karena bisa jadi orang tersebut punya kriteria tambahan yang berkaitan dengan kecocokan psikologis, pemikiran, sosial, dan ketertarikan fisik.
Jika tanda-tanda ini ada tetapi kecocokan pribadi tidak ada, pernikahan yang terjadi biasanya hanya menjadi hubungan “teman serumah” yang akur, tapi bukan pernikahan yang tumbuh dengan cinta yang sehat.
Hal penting lainnya: tanda-tanda ini bukan hanya untuk menilai orang lain, tetapi terutama untuk mengukur diri kita sendiri, apakah kita sudah pantas menikah. Karena masuk ke pernikahan tanpa kesiapan berarti berpotensi menzalimi diri sendiri dan orang lain.
Berikut daftar tanda-tandanya:
*Pertama*
Konsisten menjalankan ibadah wajib, terutama shalat lima waktu tepat waktu, serta berusaha menjauhi dosa besar dan mengakui kesalahan ketika jatuh pada maksiat.
*Kedua*
Terlepas dari bagaimana kondisi orang tua, apakah kita merasa punya tanggung jawab untuk merawat mereka saat sakit dan membantu kebutuhan mereka ketika mampu?
*Ketiga*
Menepati janji, jujur, dan menjaga amanah, apakah sifat-sifat ini dominan pada diri kita? Seberapa peka kita ketika melakukan kesalahan dalam hal ini?
*Keempat*
Mendukung orang-orang terdekat seperti teman dan saudara ketika mereka menghadapi masalah.
*Kelima*
Memuliakan tamu dan memberi suguhan terbaik yang kita mampu ketika mengundang orang.
*Keenam*
Punya pekerjaan tetap, atau punya keterampilan yang memungkinkan untuk mendapat pekerjaan baru jika pekerjaan sekarang hilang. Apakah kita mampu mengatur keuangan di masa menganggur? Apakah memiliki tabungan atau jaringan sosial yang bisa membantu?
*Ketujuh*
Sanggup menemani orang yang membutuhkan, misalnya mengantar ke dokter, dan bahkan menawarkan bantuan tanpa diminta.
*Kedelapan*
Tidak terlalu suka mengeluh, dan mampu menjaga keseimbangan antara kebutuhan untuk bercerita dengan kemampuan memberi dukungan pada orang lain.
*Kesembilan*
Mampu mengendalikan amarah, tidak mudah meledak, bisa memberi respon tegas tapi sopan, dan tidak terjerumus ke kekerasan verbal atau fisik.
*Kesepuluh*
Tidak terusik berlebihan ketika terlibat perdebatan atau kalah argumen, sehingga tidak menghabiskan energi untuk memikirkannya terus-menerus.
*Kesebelas*
Ringan untuk meminta maaf dan mudah mengakui kesalahan.
*Kedua belas*
Tidak larut terlalu lama ketika orang menuduh hal yang tidak benar atau menyalahkan atas sesuatu yang di luar kendali.
*Ketiga belas*
Menjaga kebersihan diri, termasuk kebersihan badan, bau mulut, dan meninggalkan kamar mandi dalam keadaan lebih bersih daripada sebelumnya.
*Keempat belas*
Menyukai interaksi dengan anak-anak, dan sabar mendengarkan obrolan orang tua, bukan justru menghindarinya.
*Kelima belas*
Mudah mengungkapkan terima kasih, menunjukkan rasa syukur kepada orang yang berbuat baik, dan sesekali mengungkapkan perasaan kasih sayang kepada keluarga dan teman.
Jika kita belum mencapai nilai minimal “7 dari 10” pada sebagian besar poin ini, sebaiknya jangan terburu-buru menikah.
Bangun dan perbaiki kualitas diri terlebih dahulu sampai berada pada level yang layak.
Saya pribadi melihat bahwa mengajak orang memperbaiki diri jauh lebih penting daripada mendorong mereka menikah cepat, karena hal itu hanya akan memperpanjang rantai keluarga yang tidak sehat, sesuatu yang banyak dialami generasi kita.
Dr. Ahmad Salim
#nasihat